Oleh Enjang Muhaemin
BANYAK peristiwa yang terjadi di sekitar kita, tapi tak banyak yang dapat diberitakan. Banyak pendapat, ide, atau gagasan yang muncul dari tokoh-tokoh di kita, tapi nasibnya sama, tak banyak yang dapat dijadikan berita. Bila saja itu yang terjadi, maka ini merupakan firasat buruk bagi seorang wartawan, karena ia akan berhadapan dengan musim paceklik berita.
BANYAK peristiwa yang terjadi di sekitar kita, tapi tak banyak yang dapat diberitakan. Banyak pendapat, ide, atau gagasan yang muncul dari tokoh-tokoh di kita, tapi nasibnya sama, tak banyak yang dapat dijadikan berita. Bila saja itu yang terjadi, maka ini merupakan firasat buruk bagi seorang wartawan, karena ia akan berhadapan dengan musim paceklik berita.
Wartawan yang baik, bukanlah wartawan yang sekadar menanti ‘durian runtuh’. Wartawan yang terlatih nalurinya sebagai jurnalis, tidak akan ada istilah musim sepi atau ‘kering’ berita. Kemampuan ‘membaca’ fenomena, keahlian menelisik apa yang tersembunyi, dan kepiawaian ‘memungut’ apa yang tercecer akan sangat membantunya.
Ia akan dengan sangat cerdas membidik ‘sesuatu’ untuk menjadi sebuah berita. Wartawan tipikal itu akan selalu mampu memetik apa pun untuk menjadi berita yang bernilai. Selama ia memiliki ‘indera” keenam di dalam melihat sebuah kejadian. Pendeknya, akan selalu ada fakta yang bisa diberitakan.
Secuil informasi yang didapat dapat dikembangkan wartawan untuk menggali data dan fakta yang tercecer, bahkan mungkin tersembunyi di balik suatu peristiwa, yang sesungguhnya akan menarik diberitakan bila ia mampu memungutnya secara tepat, dan benar. Akan selalu ada yang menarik untuk diberitakan. Bisa untuk berita straight news, feature, depth news, bisa juga investigative news. []
0 Komentar untuk "Bukan Sekadar Menanti Durian Runtuh"