Pencitraan Bisa Berbuah Cibiran

Oleh Enjang Muhaemin

MERANCANG pencitraan, jelas tidak bisa dilakukan sembarangan. Selain mesti sesuai dengan fakta nyata dari apa dan siapa yang dicitrakan, juga membutuhkan kajian mendalam tentang apa yang diiinginan dan dibutuhan pemilih. Sebab pencitraan yang tidak tepat, bukan hanya akan menjadi olok-olok pemilih, tapi juga akan berbuah pahit bagi orang atau partai politik yang dicitrakan itu sendiri.

Pencitraan yang tidak tepat, dan tidak sesuai dengan fakta realitasnya, alih-alih akan meraih simpati, malah akan mengundang antipati, cibiran, dan ledekan. Publik pemilih bukannya tertarik, justru yang terjadi akan menarik diri untuk tidak memilihnya. Itulah sebabnya, pencitraan tidak bisa dilakukan sekonyong-konyong dan asal tampak hebat. Masyarakat sudah cerdas membedakan mana citra jadi-jadian dan mana citra yang nyata dan memang apa adanya.

Melakukan pencitraan diri secara tepat bagi seorang figur calon kepala daerah yang akan bertarung akan berdampak besar bagi elektabilitas mereka. Sosok populer atau figur calon yang sedang berkuasa pun bisa terjungkal, jika saja dalam mencitrakan dirinya tidak tepat, ada kebohongan publik, dan mengada-ngada. Yang perlu diingat, publik pemilih bukanlah “kambing conge” yang bisa diarahkan semaunya. Publik pemilih tidak buta, tidak tuli, mereka sudah cerdas dan memiliki segudang informasi penting tentang figur yang dicitrakan.

Tak hanya itu, masyarakat pemilih pun semakin detail mengamati perilaku para calon kepala daerah, yang tengah ‘dijajakan’ ke hadapan publik, baik melalui baliho, media, jejaring sosial, dan lainnya. Citra yang ditawarkan akan ‘diteliti’ pemilih dengan mencoba menyamakan informasi dan keinginan yang dimilikinya.

Bila cocok antara citra figur yang dijajakan partai politik dengan keinginan dan informasi yang dimiliki pemilih, maki nyaris dapat dipastikan akan kian menguatkan pilihannya pada figur yang dicitrakan itu. Tetapi sebaliknya, bila citra itu jauh melenceng, terlebih berbanding terbalik dengan informasi dan fakta senyatanya, maka besar kemungkinan yang terjadi adalah tumbuhnya sikap antipati. Ujung-ujungnya, pemilih akan memastikan diri untuk tidak memilih figur itu.

Bak Dua Mata Pisau 
Diakui atau tidak, pencitraan memiliki dampak besar bagi figur calon kepala daerah yang akan bertarung dalam pemilihan. Figur yang tidak pandai mencitrakan diri, akan sulit meraih simpati masyarakat. Sehebat apa pun track record-nya, baik dedikasi, kompetensi, maupun prestasi figur tersebut, bila tidak dilengkapi dengan pengelolaan pencitraan yang tepat akan kalah populer di mata pemilih. Akibatnya, figur itu akan tenggelam oleh figur lain yang cerdas dan tepat dalam melakukan pencitraan diri.

Namun demikian, pencitraan figur juga tidak perlu dilakukan secara berlebihan. Hasilnya bisa kontraproduktif. Alih-alih meraih simpati dan kesan positif, yang didapat malah sebaliknya: mendapat antipati dan memunculkan kesan buruk. Terlebih bila rekam jejak figur bersangkutan tidak begitu bagus. Pencitraan yang overdosis hanya akan membuahkan kesan buruk, arogan, dan sok paling hebat. Implikasinya publik pemilih menjadi muak.

Walhasil, pencitraan ibarat dua mata pisau. Bisa bermanfaat, bisa mudarat. Bisa positif, bisa negatif. Semuanya sangat tergantung pada kemampuan merancang, merumuskan, dan menyampaikan pencitraan itu sendiri. Tak heran, bila pencitraan bisa membuat calon sukses menarik simpati, juga tidak sedikit calon yang justru menuai antipati.

Karena itu, lakukanlah pencitraan secara tepat, tidak berlebihan, juga sesuai dengan fakta. Jangan pernah berbohong dan membohongi publik, besar risikonya. Lakukanlah pencitraan dengan berbasis pada kinerja dan komptensi, bukan bualan dan kamulflase. Publik sudah cerdas, benci dibohongi, juga muak pada janji-janji yang tidak membumi. Akhirul kata, selamat bertarung! Semoga diniati untuk mengabdi kepada masyarakat, bukan untuk menzalimi.

[] Enjang Muhaemin, Staf Pengajar Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
0 Komentar untuk "Pencitraan Bisa Berbuah Cibiran"
Back To Top