Oleh Enjang Muhaemin
MEMBACA membuat kita tercerahkan. Bukan hanya informasi tambah banyak, wawasan juga kian luas. Tapi membaca saja tidaklah cukup. Idealnya, dari membaca lahir semangat untuk menulis. Karena seperti dikatakan S.I. Hayakawa, "Belajar menulis adalah belajar berpikir. Anda tidak akan tahu segalanya dengan jelas, kecuali dapat menuangkannya dalam tulisan."
Karena itu, selain membaca, lanjutkanlah dengan kebiasaan menulis. Pasalnya, menulis juga membuat pengetahuan dan pikiran semakin teratur. Kata Herbert Spencer, "Kalau pengetahuan orang itu tidak teratur, maka makin banyak pengetahuan yang dimilikinya, makin besar pula kekacauan pikirannya."
Membaca dan menulis, semestinya menjadi dua hal tak terpisahkan. Namun sayangnya, tak banyak orang yang melakukannya. Bahkan yang terbilang ‘kutu buku’ pun, tidak sedikit yang ‘malas’ menuangkan pikirannya melalui tulisan. Padahal, ilmu yang dimilikinya, akan menjadi jauh lebih hebat lagi, bila saja mereka juga aktif menulis.
Sejarah membuktikan, para pemikir brilian di belahan negara mana pun, umumnya adalah mereka yang aktif menulis. Gagasan dan ide-idenya, bukan hanya terdokumentasikan, tetapi juga kian berkualitas dan luar biasa ketika dikemas menjadi tulisan.
Tapi, sudahlah kenapa harus memperbincangkan itu. Bila yang rajin membaca, masih enggan menulis, ya sudahlah. Mungkin mereka pun memiliki argumen lain, yang jauh lebih tepat, jauh lebih hebat. Bisa jadi karena kesibukannya yang amat padat danmenyita waktu, mungkin juga karena tidak berminat menjadi penulis. Kita hormati saja, karena besar kemungkinan kita pun tidak lebih baik dari mereka.
Tinggal persoalannya sekarang, sudahkah kita atau siapa pun yang mengaku sebagai penulis juga rajin dan giat membaca? Bagi seorang penulis, membaca adalah hal mutlak. Tulisan yang berkualitas, adalah tulisan yang lahir dari hasil membaca, baik membaca teks maupun membaca konteks.
Penulis yang tidak rajin membaca, bukan hanya wawasannya akan sempit, tapi juga ilmu dan pengetahuannya pun akan sangat dangkal. Implikasinya, tulisan-tulisannya pun dapat ditebak: selain tidak mendalam, juga kering. Itulah sebabnya, bagi penulis, aktivitas membaca adalah hal yang mutlak. Wajib adanya.
Menulis, bukanlah aktivitas biasa. Ia membutuhkan energi pikiran yang luar biasa, wawasan yang luas, dan pengetahuan yang mendalam. Menulis tak bisa dianggap main-main. Tak bisa asal, juga tak bisa sekadarnya. Tapi butuh keseriusan dan kesungguhan.
Bagi penulis, kebiasaan membaca itu sangat penting. Pasalnya, ketika menulis, energi untuk mengolah beribu informasi sungguh tinggi luar biasa. Pikiran mengalami stimuli untuk merumuskan gagasan dan konsep yang mencerahkan, juga mencerdaskan. Di sinilah mengapa penulis itu harus banyak membaca, dan tekun menelaah berbagai masalah. []
----------------------------------------------------------------
[Enjang Muhaemin, Staf Pengajar Jurnalistik di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung].
Tag :
Artikel,
Tips Menulis
0 Komentar untuk "Barengi Menulis dengan Banyak Membaca"