Menguasai Empat Poin "News Processing"

Oleh Enjang Muhaemin

DALAM jurnalistik dikenal proses atau tahapan lahirnya sebuah berita (news processing). Dalam proses ini, ada empat hal, yakni perencanaan berita (news planning), penggalian berita (news hunting), penulisan berita (news writing), dan penyuntingan berita (news editing).

Empat poin pokok itu pulalah yang wajib dikuasasi wartawan. Dalam hal ini, wartawan mesti memiliki kemampuan yang mumpuni. Bukan hanya dalam perencanaan, tetapi juga dalam penggalian, penulisan, dan penyuntingan berita. Ini yang ingin saya sebutkan sebagai kemampuan jurnalistik yang wajib dikuasai wartawan secara baik.

Tugas wartawan yang paling terlihat, dan populer diketahui publik, adalah melakukan peliputan ke Tempat Kejadian Peristiwa (TKP), dan melakukan wawancara dengan narasumber. Harus diakui, ini memang yang kasat mata, dan diketahui secara mudah oleh publik.

Padahal, ada tugas lain yang tidak kalah pentingnya, yakni perencanaan berita. Dari mulai manajemen isu, memilih dan meriset topik, menetapkan angle, sampai menentukan sumber berita. Termasuk narasumber di dalamnya. Kemampuan pada tahapan ini, tetunya akan memperkaya wartawan atas apa yang akan digali di lapangan. Juga akan menjadi peta cerdas wartawan di rimba peliputan.

Di tahapan kedua, kemampuan jurnalistik yang mesti dimiliki wartawan, adalah penggalian berita. Ini terkait dengan kemampuan menggali fakta, mengumpulkan data, dan melakukan wawancara. Peristiwa yang sama, di tangan wartawan yang berbeda, akan sangat mungkin melahirkan berita dengan kualitas yang berbeda pula. Semakin hebat kualitas wartawan, nyaris dapat dipastikan kualitas beritanya pun akan semakin baik.

Perbedaan itu bisa dilihat bukan hanya dari akurasi data, cara pengungkapkan fakta, kedalaman analisis, tapi juga dari kemampuan di dalam membidikkan fokus liputannya. Wartawan yang piawai, ketika datang lokasi kejadian, ia akan paham betul apa yang mesti dilakukannya. Ia tidak hanya melihat apa yang terlihat, juga tidak hanya mendengar apa yang didengar.

Wartawan yang piawai akan mampu melihat apa yang tersembunyi di balik peristiwa, dan mendengar apa yang tidak didengar oleh kebanyakan orang. Tak hanya itu, juga akan merasakan apa yang terjadi di balik kejadian. Dan inilah yang akan mampu membimbingnya untuk menggali apa yang selayaknya digali dan diperdalam untuk diinformasikan kepada publik. Wartawan yang baik, memang harus memberitakan apa adanya, tapi bukan seadanya. Artinya perlu melakukan penggalian secara mendalam di balik data-data yang muncul di permukaan.

Di tahap ketiga, wartawan pun wajib mampu menulis berita dengan baik. Enak dibaca, mudah dicerna, lugas, dan tuntas. Menulis berita, memang gampang-gampang susah. Disebut susah, karena menulis berita bukan sekadar mengungkapkan data, fakta, dan pendapat narasumber. Tapi juga bagaimana cara mengungkapkannya atau menuliskannya. Ini penting, agar berita itu mudah dipahami, renyah dibaca, dan padat isinya.

Tapi tidak perlu pesimis, kuncinya sederhana. Anda hanya butuh kecerdasan dalam menangkap pokok persoalan yang paling penting dan menarik untuk diberitakan kepada publik. Tambah pula kecerdasan Anda itu dengan kemahiran di dalam berbahasa, dan tatacara penulisan berita. Insya Allah, Anda akan mampu menulis berita dengan baik.

Teori penulisan berita, tentu wajib Anda kuasai. Tapi, teori itu akan menjadi sia-sia, bila Anda tidak pernah mempraktikkannya. Karena itu, praktikkan secara kontinyu, dan teruslah berlatih.

Ada amsal yang kerap disampaikan untuk menggambarkan pentingnya praktik. Untuk bisa berenang, terjunlah ke air, dan berlatihlah terus. Semakin sering praktik, semakin cepat pula bisa berenang. Demikian pula menulis berita, semakin sering Anda menulis berita, akan semakin cepat pula Anda memiliki kemampuan menulis berita. Karena itu, saran saya, menulis beritalah setiap hari!

Tahap keempat, wartawan juga layak memiliki kemampuan penyuntingan. Tugas menyunting berita, memang tugas redaktur. Tapi, wartawan juga harus mampu menyunting berita. Suntinglah berita Anda, sebelum berita itu diserahkan kepada redaktur. Ini yang disebut self editing.

Untuk mampu menyunting, kuncinya adalah, kuasai bahasa. Bukan hanya ejaan, dan tata bahasanya, tapi juga diksi dan lainnya. Bahasa jurnalistik, sebagai bahasa khas media juga wajib dikuasai. Ini akan sangat membantu untuk menghasilkan berita yang jernih, lugas, akurat, dan enak dibaca. []

:: Enjang Muhaemin | Staf Pengajar Jurnalistik UIN Bandung

1 Komentar untuk "Menguasai Empat Poin "News Processing""

walah, harusnya wahyu bambang baca ini dulu sebelum UTS kemarin, hihih

makasih pencerahannya, pak.

Back To Top