Oleh Enjang Muhaemin
Enjang Muhaemin |
WARTAWAN adalah ‘guru’ masyarakat. Karena itu, wartawan tidak boleh bodoh, juga dilarang berwawasan sempit. Harus cerdas, dan berwawasan luas. Pendeknya, wartawan wajib memiliki kecerdasan dan wawasan di atas rata-rata masyarakat.
Jangan berharap dapat mencerahkan masyarakat, bila wawasan dan kecerdasan wartawan berada di bawah rata-rata masyarakat yang menjadi ‘murid’ medianya.
Pemburu berita memang tidak harus menjadi ahli. Tapi begitu, wartawan tetap mesti tahu banyak hal, tentang apa pun. Sekalipun tidak dengan sangat mendalam, wartawan wajib tahu. Harus serba tahu: politik, ekonomi, agama, teknologi, budaya, dan lainnya. Tapi ingat, bukan sok tahu, lho!
Sebagai sebuah profesi, wartawan tentunya juga terikat dengan kode etik dan aturan profesi yang mengaturnya. Karena itu, wartawan pun wajib memahami dan mentaati kode etik dan perundang-undangan yang mengaturnya. Kode Etik Jurnalistik, dan UU Pers harus dikuasai dan dijadikan rujukan, agar wartawan dalam menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam koridornya.
Wartawan juga tidak boleh sempit wawasan, dan dangkal pengetahuan. Sebagai pemburu informasi, jurnalis dituntut memahami dan menguasai betul bahan liputan yang akan digali dan dikembangkannya. Lakukan riset sebelumnya!
Penguasaan yang baik, dan pemahaman yang mumpuni tentang fakta berita yang menjadi buruan, akan melahirkan berita berkualitas, plus mencerdaskan dan mencerahkan. Bukan berita buruk, juga bukan berita yang menyesatkan.
Setidaknya, itulah gambaran singkat tentang bekal yang mesti disiapkan untuk terjun menggeluti profesi wartawan. Baiklah, sekarang tekadkanlah, “Menjadi Wartawan, Siapa Takut!” []
:: Enjang Muhaemin | Staf Pengajar Jurnalistik UIN Bandung
0 Komentar untuk "Serba Tahu, Bukan Sok Tahu"